Minggu, 27 Mei 2012

Adat Istiadat Riua

Adat istiadat Riau
     Adat istiadat yang berkembang dan hidup di provinsi RIAU adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya bersendikan Syariah Islam. Penduduknya pun terdiri dari Suku Melayu Riau dan berbagai suku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa, Minangkabau, dan China.

     Uniknya, di provinsi RIAU ini masih terdapat kelompok masyarakat yang di kenal dengan masyarakat terasing, antara lain:
1.    Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapa kabupaten antara lain Kampar, Bengkalis, Dumai:
2.     Suku Talang Mamak: berdiam di daerah Kabupaten Indragiri Hulu dengan daerah persebaran meliputi tiga kecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat:
3.    Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis:
4.    Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa Sokap di Pulau Rangsang Kecamatan Tebing Tinggi serta mendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.

1.    Pakaian Adat Riau
Berikut beberapa foto pakaian atau baju adat, tradisional daerah Riau. Pakain Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada beberapa macam-macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau,


Pakaian Adat, Tradisional Melayu Indragiri Riau

Baju Adat Melayu Bengkalis Riau

Baju Adat, Tradisional Melayu Siak Riau



2.    Makanan Khas Riau

Salah satu makana Khas Riau adalah Bacah Daging Riau, adapun cara memasak Bacah Daging Riau adalah sebagai berikut :

Bacah Daging Riau

Bahan :

    * 500 gr daging has dalam
    * 2 sdm air asam jawa
    * 4 lembar daun jeruk, iris tipis
    * 250 ml santan

Haluskan bambu :

    * 8 buah bawang merah
    * 4 siung bawang putih
    * 1 sdt ketumbar
    * ¼ sdt jinten

Cara membuat :

    * Potong-potong daging setebal ½ cm.
    * Campur daging bersama bumbu halus, air asam, santan dan daun jeruk, masak hingga 
        bumbu meresap kedalam daging.
    * Panggang daging di atas bara api sampai matang.


3.    Senjata Traditional Riau


Senjata Tradisional
     Gambar Senjata Tradisional Indonesia - Riau, satu dari sekian banyak provinsi terkaya di Indonesia ini memiliki luas wilayah 87.023,66 kilometer persegi. Penduduk Riau kebanyakan berasal dari Suku Melayu, Suku Bugis, Suku Minangkabau, Suku Batak, Suku Jawa, dan Tionghoa. Sisanya merupakan suku pendatang yang mendiami beberapa daerah tertentu.
     Senjata tradisional Riau berbentuk pedang yang dahulu sering digunakan oleh para panglima perang. Ada pula senjata yang dinamakan sekin, yaitu sejenis keris namun berukuran lebih kecil. Senjata ini banyak disimpan dan dipakai oleh masyarakat pada umumnya. Terdapat dua kategori besar senjata tradisional khas Riau, yaitu senjata berukuran pendek seperti keris, belati, badik, jembia, sabit dan beladau. Bentuk lainnya yaitu senjata berukuran panjang seperti kojou, tombak, pedang, sundang dan seligi.
     Sosial dan budaya Riau banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu. Oleh karena itu, bahasa yang paling sering digunakan adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu sendiri merupakan cikal bakal lahirnya bahasa Indonesia. Sejak zaman dahulu sudah digunakan di seluruh Nusantara.


4.    Kesenian Riau (Teather Makyong)

     Mak Yong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang sampai sekarang masih digemari dan sering dipertunjukkan sebagai dramatari dalam forum internasional. Di zaman dulu, pertunjukan mak yong diadakan orang desa di pematang sawah selesai panen padi.
     Dramatari mak yong dipertunjukkan di negara bagian Terengganu, Pattani, Kelantan, dan Kedah. Selain itu, mak yong juga dipentaskan di Kepulauan Riau Indonesia. Di kepulauan Riau, mak yong dibawakan penari yang memakai topeng, berbeda dengan di Malaysia yang tanpa topeng.
     Pertunjukan mak yong dibawakan kelompok penari dan pemusik profesional yang menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumental, dan naskah yang sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak


5.    Suku Bangsa Riau

     Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Mereka terdiri dari Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis (2,27%). Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Namun begitu, ada juga masyarakat asli bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak.
     Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan, juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya Tembilahan.[14] Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun 1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib di Riau.
     Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim pada kawasan perkotaan, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis.
     Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.